Sejarah

A. SEJARAH GEMALINGGA

Latar Belakang Berdirinya Gemalingga
·         Kondisi Pemuda di Purbalingga
Perlu disadari dalam angka pertumbuhan di Purbalingga berkembang cukup pesat menjadikan peran besar pemuda dalam membangun daerah begitu potensial dan sangat diharapkan betul. Namun pada kenyataannya kondisi pemuda di kabupaten di Purbalingga terjebak dalam sebuah lingkaran rutinitas kehidupan terutama pada sektor ekonomi menjadikan para pemuda merasa mampu dan cukup untuk menempuh hidup baru membangun rumah tangga dengan pasangannya. Angka pernikahan di usia muda cukup tinggi berdampak pada kesadaran pemuda membangun daerah terlupakan.

·         Tingkat Pendidikan di Purbalingga
Daerah Purbalingga yang tersentralistik di kecamatan Purbalingga menyebabkan persebaran sekolah dan pemerataan pendidikan pendidikan belum terlaksana dengan baik. Ketimpangan mutu pendidikan menyebabkan output pelajar di Purbalingga untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan tinggi masih belum banyak, belum lagi kondisi perekonomian masyarakat semakin memaksa para pemuda yang ingin mencicipi bangku kuliah harus pupus karena pendidikan mahal yang hanya bisa dinikmati keluarga yang berkecukupan.

·         Kondisi Mahasiswa di Perantauan
Mahasiswa sebagai calon intelektual dituntut untuk mampu memfasilitasi dan sadar betul akan posisinya nanti ketika kembali ke masyarakat agar bisa memposisikan di garda terdepan dalam proses pembangunan daerah dan bangsa. Akan tetapi situasi, tawaran dan tantangan di perantauan justru menjadikan kebanyakan pemuda purbalingga terlena pada situasi tersebut menjadikan mahasiswa cenderung berkontribusi dan berlomba-lomba membangun daerah diperantauan. Hingga akhirnya disadari bahwa tanah kelahiran di Purbalingga harus terabaikan karena minimnya pemikiran fresh dalam membangun daerahnya.

·         Situasi Pemerintahan Purbalingga Dan Kondisi Sosial Masyarakat.
Kondisi kepemimpinan di daerah Purbalingga sementara ini masih sangat di dominasi oleh para kaum yang berumur lebih. Daerah Purbalingga terletak di daerah karisidenan Banyumas Jawa Tengah, budaya jawa yang mengharuskan yang muda dan yang kecil harus tunduk dan patuh menjadikan kondisi pergolakan di Purbalingga terasa hening. Sehingga terkadang munculnya dinamika didaerah sebagai wujud kritikan membangun dianggap sebagai sebuah ancaman. Tak adanya perguruan tinggi di Purbalingga terkadang memaksa para pemimpin daerah enggan berpikir terbuka. Minimnya pemimpin muda yang fresh dan inovatif membuat kondisi Purbalingga mengalami stagnasi. Bahwasanya perlu adanya dinamika serta suntikan pemuda dalam proses pembangunan daerah memberikan harapan baru.

Pada akhir tahun 1990-an mulai bermunculan organisasi-organisasi kedaerahan di daerah perantauan terutama kota pelajar seperti di Yogyakarta, Semarang, Bandung. Mereka sadar perlu adanya wadah sebagai ikatan kekeluargaan di tanah perantauan disamping itu sebagai upaya membangun eksistensi daerah di tanah perantauan. Dari Mahangga (Semarang), Kemangga (Yogyakarta) sampai Permangga (Bandung) peran serta mereka cukup baik dan terasa betul bagi para Pemuda yang sedang menempuh studi di perantauan. Hal itu pun merangsang untuk bermunculan wadah seperti Ramagata di Solo. Namun lambat laun berlangsung tumbuhnya organisasi daerah di perantauan semakin besar, organisasi daerah tersebut tersadar bahwasanya peran sertanya untuk membangun daerah di Purbalingga belum di lakukan secara maksimal. Dari pemikiran-pemikiran kecil yang digagas dari diskusi kecil dari kawan-kawan Semarang yaitu Dhimas Agung R (Ketua Umum Kudungga I), Hervan Wahyu N (Ketua Umum Mahangga), Danang Kristianto menyadari itu sampai akhirnya upaya melakukan komunikasi dengan beberapa organisasi daerah dengan Nouruz Zaman Oktaby (Kemangga), Imam Setiawan (Ketua Ramagata), Ikhyan Dwi (Ketua Permangga). Sampai pada akhirnya pada tanggal 31 Januari 2011 dikumpulkanlah seluruh perwakilan dari organisasi mahasiswa daerah dan perwakilan dari Universitas di Rumah Makan yang di pimpin oleh saudara Dhimas Agung Ramadhan (UNDIP). Hadir dalam forum itu:
  1. Hiqmawan N. Paza (Ketua Umum KUDUNGGA II) Hervan Wahyu N, Danang K (UNDIP).
  2. Anang Kurniawan, Gulfi Febrita, Eka Sekarwati, Harlin Dwi R(UNSOED)
  3.  Nur Eky Jaya Rosadi, Fadillah (UII)
  4. Budi, Aan (UGM)
  5. Imam Setiawan, Ayu Atma (UNS)
  6. Adi Bayu Nugroho, Fitria Puspa, Paradhita (UMP)
  7. Kartika Nur Utami (UDINUS)
  8. Nur Khasanah (UPN Jogja)
  9. Anggis Rizky (STT Telkom Bandung)
  10. Wisnu Wardhana, Gilar Sukma Hidayat (UNY)
  11. Bangun Wicaksono (UNAIR)
  12.  Ganang (ISI Jogja)
Pada forum dipaparkan betul akan perlu adanya forum yang memfasilitasi mahasiswa Purbalingga yang lebih inklusif sebagai wujud pengabdian dan sumbangsih pemuda demi Purbalingga agar lebih baik. Karena persamaan persepsi itulah sebagai cikal bakal berdirinya wadah organisasi yang beranggotakan organisasi mahasiswa di daerah perantauan .
Pada pertemuan selanjutnya pada tanggal 04 Februari 2011 dirumah kosan Dhimas di jalan dibentuklah forum untuk pembahasan terkait konsep dasar organisasi yang disepakati sebagai fungsi kordinasi dan fasilitator bagi organisasi mahasiswa didaerah perantauan sebagai wujud pengabdian melebur menjadi 1 wadah.
Pada waktu di tawarkan perlu adanya nama organisasi melalui usul saudara Nouruz Zaman Oktaby (UGM). Menyarankan untuk menamakan GEMALINGGA dan akhirnya di sepakati bersama wadah organisasi ini bernama Gerakan Mahasiswa Purbalingga yang disingkat GEMALINGGA.
Filosofi dari nama Gemalingga adalah masyarakat menaruh harapan besar bagi mahasiswa sebagai putra daerah untuk selalu bergerak meyumbangkan pikiran, tenaga dan waktunya demi pengabdian untuk mewujudkan Purbalingga adil makmur dan beradab. 

Logo Gemalingga sendiri dibuat sendiri oleh saudari Fadila Septiandani mahasiswa Teknik Arsitektur UII Jogjakarta.


Disamping itu pula dalam rapat pada waktu itu di pilihlah pemimpin untuk menahkodai organisasi tersebut menentukan langkah gerak dan juang Gemalingga ke ranah yang baik dan bermanfaat yang pada akhirnya forum memutuskan saudara Anang Kurniawan (UNSOED) sebagai Ketua Umum GEMALINGGA dan Dhimas Agung Ramadhan (UNDIP) sebagai wakil Ketua GEMALINGGA  mereka adalah adalah garda terdepan demi tercapainya harapan masyarakat.

REAKSI DAN TANGGAPAN MASYARAKAT
Tentunya dalam kemunculan GEMALINGGA di permukaan mendapat beragam pendapat dari kawan-kawan mahasiswa, masyarakat, pemerintah daerah. Dari tanggapan negatif bahwasanya pendirian organisasi hanyalah sebagai upaya menghabiskan waktu saja dan tidak bermanfaat. Akan tetapi banyak pandangan positif bahwasanya pendirian GEMALINGGA sebagai warna baru pemuda serta harapan baru masyarakat membangun daerah tercinta.


B. SIMBOL DAN MAKNA LOGO GEMALINGGA







0 comments:

Post a Comment

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com